Senin, 18 Mei 2015

Mencintai Harapan

Gadis itu datang lagi, menawarkan sekilas cerita.
Ia mengawali ceritanya dengan senyum di wajah, lalu berkata, "Aku mengaguminya!"
Aku tak menjawab, hanya mengernyit tanda aku bertanya, "Bagaimana bisa?"

Aku heran dengan gadis ini, tak pernah sekalipun ia bertegur sapa dengan lelaki itu, tapi dengan semangat Ia selalu menceritakan lelaki itu. Itu cukup membuatku menyimpulkan, bahwa Ia tengah jatuh cinta.

"Bukan, ini bukan cinta. Kamu tahu, kan, aku belum pernah mencintai siapapun. Aku hanya kagum saja." Lalu ia kembali tersenyum. Tapi, sungguh, senyumnya kali ini begitu terlihat bahagia.

"Kan kamu selalu bilang, jangan lupa bahagia ya. Sekarang aku bahagia, hanya dengan mengaguminya."

Lelaki itu bukan kerabat, bukan sahabat, bukan pula teman sejawat. Sama sekali tak ada akses antara dia dengan sosok yang Ia ceritakan. 

"Dia bukan artis korea, kan?" Iseng aku mencubit lengannya sambil bertanya hal konyol itu.
"Bukaaaaanlah. Nggak mungkin aku sekagum ini sama artis korea. Kelasnya beda. Dia itu kalem, dan nggak pernah senyum."

"Terus? Kamu suka karena dia nggak pernah senyum?"
"Iiiiih, ya gitu deh pokoknya."

Sebulan kemudian Ia datang, namun ceritanya berubah.
"Kamu masih senyum-senyum sama lelaki dingin itu?" Aku menyebutnya dingin karena Ia bilang lelaki itu tak pernah tersenyum. 
"Nggaaaaak. Dia mah buang ke laut aja kaliiii."
"Kenapa?"
"Dia udah pindah, jadi aku ngga bisa ketemu lagi. Hahaha." Ia masih tertawa bahagia. Aku berasumsi, Ia pasti punya sosok lain.
"Jadi, sekarang sama siapa?"
"Sama yang suka duduk di bangku kayu di depan taman kampus. Setahu aku dia single, hehe."

***

Kisah tadi hanya kiasan. Betapa ketika harapan masih ada, begitulah hati sangat terbuka untuk mengharapkannya. Terkadang, cinta, suka, atau apapun itu (yang sejenisnya, hehe) bisa terus tumbuh seiring terbukanya harapan. Lain cerita jika harapan itu hilang, cinta, suka atau apapun itu, bisa hilang perlahan. Saya garis bawahi, hilang perlahan, tidak secepat ketika rasa itu datang. 

Terkadang, kami hanya menikmati masa-masa kami mencintai seseorang, atau katakanlah mengagumi. Kami (atau cuma beberapa orang saja) baru menyadari ketika rasa itu hilang. Karena, ketika kita mencintai (atau menyukai) bukan seseorang itu yang membuat hati ini begitu bahagia. Tetapi, rasa bahagia dari diri sendiri, yang muncul ketika kita menyukai seseorang. Ya, kita bahagia bukan hanya karena kita menyukai orang itu, tetapi kita bahagia karena kita memiliki rasa suka pada seseorang. *paham nggaaak?*



3 komentar:

  1. terkadang lebih baik mengagumi saja dari pada mencintai yang pada akhirnya mengecewakan

    BalasHapus
  2. Harapan itu harus REALISTIS menurutku. Artinya harapan harus diekskusi dan diuji kenyataananya... :)

    BalasHapus

need your support :)