Minggu, 23 Maret 2014

Pesan Kilas Balik

Bismillahirrahmanirrahim..

        "Kalau bisa mengulang, ada bagian kisahku yang ingin aku buang." Ia memulai cerita hari itu dengan tatapan yang masih tak berubah dari kemarin. Entah, mungkin sedang banyak masalah.
     "Dibuang? Kenapa harus dibuang? Diperbaiki sajakah tidak bisa?" Kini mataku tersedot oleh penampilannya hari itu. Ia tampak begitu sendu, tapi kecantikannya tak juga hilang dari wajahnya.
          "Aku harus menutupnya, melapisinya dengan berkali-kali menggali. Kemudian aku tinggalkan tanah itu. Dan, takkan kupijakkan lagi kakiku di sana." Seketika Ia picingkan mata untuk melongok ke bawah tempat tidurku, setumpuk koran tergeletak di sana. Saat itu giliran kamarku yang Ia sambangi. 
          "Kamu puitis ya? Ya, tinggalkan saja. Sekarang toh kamu sudah hidup di masa yang lain."
      "Tidak semudah itu. Kalau aku harus menggalinya dan menutupnya berulang kali, aku tetap harus menginjakkan kaki di sekitar tanah itu bukan? Itu proses yang sangat aku tidak suka." Koran di kolong tempat tidur kini berpindah ke lengannya. Ia tepuk-tepukkan koran penuh debu itu di lantai. Kini lantai kamarku jadi (semakin) berdebu.
        "Tahan sebentar, setidaknya ketika kamu sudah menutupnya, kamu tidak akan terjatuh lagi persis di lubang itu." Hampir terbatuk aku mengatakan hal itu. Baru aku sadar, ternyata kamarku begitu berantakan, dan tidak sehat.
          "Kalau aku jatuh di sana lagi, maukah kau membantuku untuk bangkit lagi?"
        "Aku tidak tahu. Karena aku tidak bisa berjuang sendiri ketika kamu jatuh di sana. Aku juga butuh bantuanmu. Aku butuh inginmu untuk bangkit, bukan semata aku yang harus berusaha." aku kembali ke posisi dudukku semula setelah sebelumnya kupaksa ia mengembalikan koran itu ke tempat semula. Ia memang tidak pernah bisa duduk tenang ketika bercerita. Matanya menjelajah ke seluruh sudut yang bisa ia lihat.
        "Kamu pelit sekali. Seharusnya kamu berusaha untuk menarikku. Karena ketika aku jatuh, aku tidak mampu mendorong tubuhku dari bawah jika aku tidak punya pegangan." Ia membuka buku yang ada di atas meja. Lalu ia tutup lagi. Tampaknya ia menyesal telah membuka buku itu. Lalu ia berlanjut meneliti barangku di meja satu persatu.
          "Ya, itulah. Berpeganglah pada sesuatu yang rigid, yang takkan berubah mengikuti nafsumu. Aku tidak bisa menjamin aku bisa menarikmu, atau malah aku yang terjatuh bersamamu ke lubang itu." aku ambil bantal di ujung tempat tidurku. Aku sudah ingin menyerah mendengar ceritanya, sebenarnya.
        "Sebenarnya, tahukah kamu apa yang terjadi sehingga aku bisa jatuh ke lubang masa laluku itu?" Ia menatapku. Setelah sekian lama Ia mengedarkan pandangan dan tak bisa diam. Lalu ia bergegas, ia rapikan kembali mejaku yang baru saja Ia acak-acak, "Aku pergi dulu, kunjunganku kali ini sudah berakhir. Lain kali aku akan berkunjung lagi. Tunggu aku!" Lalu ia beranjak, meninggalkanku yang terkantuk-kantuk. Aku memang sering tertidur akhir-akhir ini..
*to be continued*