Rabu, 27 Mei 2015

Seperti Hujan (lagi)

Tadi aku kehujanan. Deras sekali.

Tahu, kan? Belakangan kau tak membasahi bumi kami, lalu, seketika kau turun.
Sekali lagi, di saat aku melaju.

Hujaaaaaaaan.
Teriakku. Aku ingat, memang tak boleh mencela hujan.
Maafkanku jika sebelumnya aku sempat protes padamu.
Maafkan aku hujan.

Tapi, tadi kau turun sangat sebentar. 
Tahukah kau? Kau turun di saat aku melaju, dan itu hujan terderas yang pernah aku lalui, tanpa atap.
Aku tak berpelindung selain mantelku yang sudah sobek di bagian lengan.
Tak ayal, kaosku, jilbabku, bahkan rokku ikut-ikutan basah, dan hanya dalam waktu sebentar, aku harus menggantinya semua.

Hujan, aku tak bermaksud mencelamu.
Aku hanya rindu, ketika kau datang, dan beritahu aku sebelumnya.
Rinai kecil yang turun bersama-sama, sebelum kau memaksa kami untuk berlindung.
Kata temanku, kau indah karena kau tak pernah turun sendirian.

Tapi, tadi deras sekali. 
Tapi, kau turun sangat sebentar.
Tapi, kau membuatku harus mengubah semuanya, mengulang semua dari awal.
Tapi, aku suka aroma tanah setelah kau hilang. Petrichor.
Setidaknya, setelah kau hilang, aku masih bisa berharap, kau akan hadir kembali membasahi bumi kami.

Hujan, semoga kita bertemu lagi yaaa. Ya, kau yang seperti hujan.

PS: postingan ini saya tulis karena saya begitu menyukai hujan dan beberapa hal yang menyertainya. Plus, hari ini saya benar-benar kehujanan. Oya, saya masih hutang postingan bersambung, lain kali ya. Sampai jumpa! Selamat Malam :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

need your support :)