Kamis, 15 Maret 2012

5 Wanita 1 Lelaki



Kami duduk bersimpuh mengelilingi
bejana yang kami isi dengan air mata kami.

Hingga bejana itu penuh, dan tak sanggup menerima 
luapan air yang hampir menumpahkan semua isi bejana.

Wanita pertama berdiri
mengacungkan tangan seraya berkata, "Harus ada bejana lagi!"


Sambil mengusap air matanya, wanita kedua berucap, "Kenapa tak kau saja yang pergi membelinya?"

Wanita pertama kembali duduk, namun tak mengindahkan ucapan wanita kedua.


"AKU??" jawab wanita pertama setelah ia merapikan duduknya.
Wanita kedua menunduk. Tak berani ia menatap wanita pertama itu.


"Kita masih terus menangis! Tak mungkin bejana ini mampu menampungnya!" wanita ketiga berkata di ujung tangisnya.

Terdengar suara tangis yang lebih keras. Ialah wanita keempat. 

Aku semakin meringkuk di sudut. Akankah mereka kembali menuntutku? Atau haruskah aku menawarkan diri dengan sukarela? Karena aku wanita kelima.
Karena hanya bejana itu yang kami butuhkan, demi menanti seseorang. Demi menanti 1 lelaki. 

taken from : Aisyah Aulia Wahida (facebook) 

Minggu, 11 Maret 2012

All day in room

Bismillahirrahmanirrahim..

Sebenarnya malam ini harusnya belajar anatomi buat praktikum besok.. Tapi, posting dulu lah yuaa. Refresh setelah seharian berkutat dengan tugas terstruktur dan materi diskusi kasus.

Yak, hari ini luar biasa sekali. Hari minggu yang membuatku benar-benar kram leher. Bangun jam setengah 5 pagi, sholat subuh, kemudian tak terasa, lihat jam udah jam 6 aja -____-. Sholat subuhnya 1 setengah jam? Enggak lah ya. Sholatnya 10 menit, trus bergeser dari sajadah ke kasur #efekkamarsempit. Wakakak, salah kamarnya dong, letak buat sholat cuma 5 senti dari kasur. #Eyaaaak, ngga boleh gitu ais!

Trus, kram lehernya kenapa? Gara-gara tidur? Enggaaaaaaaakkk!!! Kan belum selesai...
Bangun jam setengah 6 bikin sport jantung. Harusnya lebih siang, biar tidurnya agak lamaan. Zzz, gara-gara kalau udah bangun jadi inget tugas numpuk, ya gitu deh. Eyaaak, langsung geser 30 senti ke meja lipat alias meja belajar #inimejamaksabangetdeh
Berantakan banget yaah hahaha
Pake ada galonnya segala lagi. Itu sempit banget soalnya, kawan!

Setelah beralih ke posisi serius, langsung buka laptop sama BPM (Buku Panduan Mahasiswa). Ngelirik tugas terstruktur, dan segera mengerjakan. Tugas ini harus segera disetor kepada editor jam 10 pagiii!!
Hmm, jangan kira tinggal nyari bahan aja. Zzz, baca buku referensi anatomi  fisiologi berbahasa Inggris, buka BPM, baca kamus, dan cling... jam 8 tugas itu pun selesai... Yah, meskipun begitu, pekerjaan ini membuat leherku 'cleng-cleng'an. Tapi alhamdulillah, legaaaa...

Pepatah mati 1 tumbuh seribu memang berlaku di mana-mana. Begitu pula dengan tugas. Selesai satu, seribu tugas menunggu... Hahaha, semangat kaka.... Habis selesai TTK alias tugas terstruktur kelompok, ngebut mandi. Sebenarnya pagi itu sempet punya rencana mau ke GOR SATRIA ikut senam aerobik. Tapi, bayangan tugas nimpuk, eh numpuk, tekad itu tak terlaksana.
Habis mandi, selesaikan urusan, ngleseh lagi di depan meja. Ngebut nyari materi diskusi kasus. Dari jam 9 sampai jam 11 duduk di depan laptop, bikin kepalaku serasa mau lepas dari leher. Geser lagi dikit ke kasur. Nglendotin bentar itu kepala di kasur, trus bikin tugas lagi deh. Alamaak...

Perutku mengerut. Lambungku serasa mau menyusut. Tidaaak, aku kelaparan. Aduh, baru inget, belum sarapan. Dari tadi bangun pagi, cuma wara-wiri dari 'meja' ke kamar mandi. Tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamar. "Aiiss..." wah ada mba Indri.
"Ais, minta nomernya Luri ddoongs.."
"Oh iya mba, ada kok." aku kirimkanlah nomer luri ke beliau. Terus beliau mulai mengetik sms. Jadi Luri itu salah satu pedagang eh, warung makan yang enak. Bisa delivery lagi.
"Yah, ais, sebutin aja nomernya deh. Hehehehe" Yah embaak, oke deh..
"Eh, ternyata aku punya nomernya Luri looh.." jangan-jangan itu nomer yang aku kasih ke kamu tadi mbak -__-'
Ddrrt ddrtt... Balesan dari Luri datang.
"Maaf mbak, hari minggu Luri TUTUP.." Eyaaak, makin putus harapan nih perut. Dibilangin pesen ke Pak Yanto aja mbak..
Pesen ke Pak Yanto alhamdulillah endak tutup. Tapi, lamaaaaa banget. Pesen jam 11, makanan dateng jam setengah 1..
Makan kilat. Terus langsung sholat Dzuhur. Abis sholat ngejogrog lagi di depan meja maksa. Jam 1, kepala nggak kuat. Tidur 1 jam nggak papa kali ya.. Jam 2 bangun. Langsung buruan ke kamar mandi. Ngurusin rendaman cucian yang belum sempet disentuh dan dikucek dari tadi pagi. Makan aja kilat, nyuci juga aku bikin kilat deh. Setengah jam rampung. Tauk deh itu cucian bersih apa enggak. Tapi udah aku gosok-gosok pake sikat koookkk..
Setengah 3. Setrika. Hahaha, panas-panas gitu. Terpaksa. Besok Senin mau pake apa kalo nggak setrika. Semangat yo aiss...jam setengah 4 selesai. Mandi, siap-siap ada liqo. Apa itu? LIQO itu mentoring. Hehe, yah semacam sekumpulan anak galau ruhiyah, tapi belum tentu pas lagi galau juga sih, yang sedang mengadakan suatu kajian bab agama Islam. Lumayan lah hiburan. Akhirnya, bisa keluar dari kamar, meskipun tugas DK belum juga selesai.

Manajemen waktu memang harus diatur sedemikian rupa. Ini aja aku sempet ngeblog hihihi. Padahal belum belajar anatomi sama sekali. Yaudah deh, pamit dulu. Besok diterusin lagi kalau sudah lowong. Hikmah yang bisa diambil adalah, aturlah waktu, kalau perlu dibikin jadwal. Kalau nggak sempet, bisa pake to do list yang penting-penting aja. Itu cukup membantu mengurangi stress kok. Supaya kita nggak lupa sama apa yang sudah atau belum kita kerjakan. Jadi yang sudah dikerjakan nggak menuh-menuhin otak :) Seperti ini misalnya..
tulisannya agak lecek. Tapi yang penting manfaatnyaa hohohoho

Selasa, 06 Maret 2012

Apa yang membuatmu berubah? part 1

Bismillahirrahmanirrahim..


Assalamu'alaikum kak, gimana kabarnya? Lama tidak bertegur sapa.


Kak, masih ingat tidak padaku? Meskipun kita tak pernah dekat, tapi senang rasanya aku bisa mengenalmu.
Masih ada bayangannnya di otakku, ketika kau tergopoh-gopoh mencari temanku.


Tetapi, karena tak kau temukan dia, kau pun bertanya padaku, di mana orang yang kau cari berada.
Maaf, kak, saat itu, aku pun tak tahu di mana dia.
Kau berkata bahwa kau harus segera menemuinya, karena kau bilang, kau tak punya waktu lagi selain hari itu.
Kuarahkan mataku pada sesuatu yang kau bawa.
Sebuah buku.
Saat itu, kau putuskan untuk menitipkan buku itu yang ternyata adalah untuk temanku, padaku.

Tapi, saat aku melihatmu pertama kali, aku tertarik dengan penampilanmu.
Kostum yang kau kenakan sebenarnya biasa saja, seperti yang lain.
Setelan putih abu yang melekat dengan anggun di tubuhmu.
Namun, ada yang aneh.
Kenapa kau kenakan jilbab dobel, kak?
Memangnya kau tak kepanasan?
Semua orang tahu, di tempat ini, udara sangat panas.
Tapi, kenapa kau begitu?
Aku tertarik awalnya.

Tetapi, kini, kenapa kau tak seperti dulu saat aku mengenalmu pertama kali??
Aku tak melihat keanggunan lagi setiap aku melihatmu... Maaf kak, tapi itu yang aku rasakan.
to be continued...

Minggu, 04 Maret 2012

Polisi Lagi... Polisi Lagi... part 2


Siapa polisi itu??
Bukaaan, bukan Saeful Bachri, waktu itu beliau juga belum booming kok. Bapak polisi bilang, "Yaudah mbak, dianter ke rumah sakit aja, bisa ke rumah sakit Bunda atau PMI. Tapi, mbak bawa SIM dan STNK kan? Mana mbak?" Pak polisi lagi-lagi nodong SIM sama STNK, untung bawa, coba kalo ngga, alamat ditilang lagi niih.. Tiba-tiba nih, ada Bapak-Bapak nyeletuk, "Pak Polisi, mbaknya nggak salah. Yang salah Pak becaknya, mau belok kanan ngga liat belakang dulu." Tapi, tetap saja, mau yang salah aku atau siapa, harus ada yang nganter Bapak Becak ke Rumah Sakit.
Bapak Becak dianter sama temennya yang tukang becak naik becak, aku sama Dinda naik motor. Bapak korban udah jalan duluan, kami ketinggalan. Tapi, karena ngga tahu di mana itu rumah sakit, sempet nyasar. Akhirnya nanya deh, ke Bapak yang lagi kerja bangun rumah.

Sampai di rumah sakit. Bapak becak langsung dijemput perawat, dibawa ke ruang Bedah Minor. Apa banget nih. Katanya sih, karena mereka mengira ini korban kecelakaan, akhirnya, mereka meletakkan Bapak tersebut di Ruang Bedah Minor yang ada lampunya di atasnya. Aku keluar lagi, ngurus bapaknya yang ngenter tadi. Karena kasihan bapaknya juga mau cari duit, akhirnya kubiarkan pergi. Tadinya mau aku suruh nungguin sampe Bapak Korban selesai dirawat, tapi, kasihan juga. Akhirnya aku bayar deh biaya pengantaran, dan membiarkan beliau pergi.

Dinda ngurus administrasi. Bolak-balik dari Ruang Bedah Minor, ke loket administrasi.
"Ini mbak, diisi dulu. Nama Bapaknya siapa Mbak?"
"Waduh, ngga tahu Bu. Coba, saya tanya dulu." Ke ruang bedah minor, "Pak Muhardi, Bu."
"Usianya?" balik lagi ke Ruang Bedah Minor.
"Bapaknya Ngga tahu usianya berapa Bu.. Katanya 70an gitu, Bu."
"Alamatnya deh, mbak. Kalo nggak sekalian KTPnya." zz baliiik lagiii..
"Kecamatan Kembaran, Bu. Bapaknya ngga bawa KTP bu."
"Nama orang tuanya?" zzzzzzz, tuh ibu-ibu pengen aku remet-remet. Nanya kok nggak sekalian aja...
"Yaudah deh, bu. Apa aja yang perlu saya tanyain ke Bapaknya? Biar ngga usah bolak balik." -____-

Selesai urusan administrasi, ngeliatin bapaknya lagi dirawat. Lukanya ditutupin eh, diobatin sama perawat. Setelah itu, aku capek, pindah ke ruang Tunggu.
"Nih, is lecet.."
"Haaah?? Dind??? Kok nggak bilang??? Ya Allah... iya, sampai sobek celanamu.. Aku ganti deh..."
"Ngga usah is, ngga papa kok. Lagian aku beli celana ini cuma 25 ribuan." Dinda...Dinda... celana trainingnya sampai sobek di bagian dengkulnya.

Dokternya datang. Masih muda, kulitnya putih, mata sipit. Kayak anak boyband gitu. Tapi, judesnya minta ampuuun. "Mbak, itu bapaknya dibeliin minum, beliau agak dehidrasi." Mukanya datar banget, lebih tepatnya agak jutek. Yaudah deh, manut aja.Kayaknya jaman dulu Pak Dokter ngga lulus blok PDSKE (blok komunikasi efektif), makanya jutek. Setelah itu, kata perawat harus nunggu setengah jam, buat diobservasi. Apakah terjadi gegar otak ringan atau tidak. Sambil nunggu, kita ngajak bapaknya ngobrol.

"Maaf, ya pak, saya tadi juga agak bingung, soalnya bapak nggak ngeliat belakang. Saya mau berhenti, tapi di belakang saya juga ada motor.."
" Maaf juga ya mbak, saya juga salah, Maklum sudah tua." 
Bapaknya pun bercerita tentang anak-anaknya, istrinya, dan lain-lain. Yang bikin agak miris adalah, bapaknya sudah agak sepuh, dan tangannya agak tremor.

Masa observasi selesai. Alhamdulillah, bapaknya nggak kenapa-napa. Tibalah waktu pembayaran. Hmm, karena di rumah sakit swasta, biaya cukup mahal. Sekitar 150 ribuan lah, lupa tapi hehehe...
Kemudian, aku dan Dinda kembali ke pos polisi untuk mengambil SIM dan STNK. Kami sekalian nganter bapaknya ikutan. Bapaknya naik becak. Kita cariin becak lagi deh. Bukti, kalau kita sudah melaksanakan perintah pak Polisi.
"Lain kali hati-hati pak. Kalau mau nyebrang liat belakang dulu." kata pak polisi ke bapak korban
Selesai perkara. Aku ke Bapaknya tukang becak lagi. "Pak, gimana? Mau dianter sampai rumah atau ke Pasar Wage lagi aja?"
"Ke pasar wage aja mbak. Saya minta ganti rugi juga, mbak. Saya kan ngga bisa narik selama seminggu, Saya minta 200 ribu aja cukup mbak."
Waduuh. Pikir-pikir 200 ribu itu banyak lo. Mana nggak bawa uang. Uangku udah abis buat ngganti biaya perawatan. Akhirnya, bernego agak sengit dengan bapaknya. Membela diri, kalau kita itu perantau, nggak punya duit, udah mau pulang kampung, dan sebegainya.
"Maaf pak, kita nggak punya uang, saya cuma bisa ngasih segini. Lagian juag tadi saya udah ngganti biaya pengobatan. Bapak juga cuma lecat-lecet kok. Nggak sampai seminggu libur narik." DEAL. Aku cuma ngasih 50 ribu. Itu juga minjem uang PSDM. Tapi, tenang, udah aku balikin kok sekarang. Tiba-tiba...
"Mbak Aisyah, sini deh." terdengar suara memanggil dari dalem pos polisi., "Tadi mbak Aisyah ngasih bapaknya uang ya?"
"Iya pak. Bapaknya minta ganti rugi,"
"Berapa?"
"50 ribu, pak."
"Ikhlas?"
"Alhamdulillah ikhlas." Tadinya agak nggak rela. Tapi, setelah bilang kalimat itu. tiba-tiba plooong.. Makasih Pak Polisi ^^
"Yaudah, lain kali ngga perlu mbak. Toh, mbak juga udah bayar biaya perawatan rumah sakit. Lagian, mbak juga nggak salah kok."
"Oh, iya pak. Makasih.."
Cabut dari pos polisi. Yah, ada pelajaran yang bisa diambil. Jangan mau diperas siapapun. Meskipun memang bapaknya kasihan, tapi tetep aja bisa merugikan aku, sebagai pihak yang tidak terlalu bersalah, hehe.
Karena sudah siang, dan masih harus ke bank, serta mengantri dan bla-bla-bla, aku akhirnya ngga jadi pulkam hari itu. Akhirnya aku pulang kampung leesokan harinya, hiks ...

Polisi Lagi... Polisi Lagi...

Bismillahirrahmaanirrahim..

Sebenarnya ingin berbagi pengalaman. Siapa tahu bermanfaat. Kejadian ini terjadi tanggal 9 Januari 2012, pukul 10.12. Wkwk, untuk jamnya saya cuma mengira-ira, lupa tepatnya jam berapa, tapi yang jelas jam segituan lah.
TETAPIII, sebelum menceritakan kronologi kejadian, cerita kejadian sebelumnya yaaah hahaha.
Kebetulan, hari itu ulang tahunnya salah satu teman kosan, yakni Yahdiyani Razanah a.k.a Diyan. Wkwk, maaf yan, hadiahku belum nyampe ke kamu ya hahaha *belum ngado maaf ya hiks. Jadi, aku dan Fathia bermaksud memberi kejutan, tapi, sederhana aja, cuma disiram pake aer. Trus udah, abis itu, aku sekalian mandi. *maaf yan, perayaan ulang tahunmu nggak banget hahaha

Abis itu, rencana mau ke kosan Dinda, lalu pergi ke Bank. Nabungin uang PSDM yang masih di aku. Abis nabungin uang, rencana mau pulang kampung hari itu juga. Udah kangen rumah haha, maklum masih libur waktu itu. Sekarang mah, udah masuuk TT. Tetapi, rencana tinggallah rencana hiks.

Di kosan Dinda, agak lama, nungguin Dinda bukain pintu gerbang kosan 2 menit. Gara-gara hape Dinda kalo di SMS ngga bunyi, baru bunyi kalo ditelpon. Baru tau kenyataan itu pas LKMM kemarin juga zzz.
"Pantes, kalo di SMS ga bales-bales", kataku.
Kata Dinda, "Makanya telpon ajaa".
Hissh, "Mana punya pulsa akuu," protesku.
Dia jawab lagi, "Makanya beli pulsa di aku. Sekarang aku jualan pulsa lhooo..." tuh kan, ngga nyambung, malah promosi.
Abis dibukain gerbang, ngga langsung berangkat. Tapi, aku lupa ngapain dulu gitu. Pokoknya, sambil nungguin Dinda aku main The SIMS 2 yang ada di laptopnya dia. Sumpah, ini mainan nguji kesabaran banget. Loadingnya, lelet banget. Cuma mau action ngomong aja pake nunggu 15 menit biar muncul tulisannya. Zzz, pantes, orang yang punya aja gitu *wkwk, maaf dind ^.^v, tapi kan yang penting namamu udah aku cantumin di blogku huahaha.

Akhirnya Dinda selesai siap-siap. Tapi, mainan the SIMSku ngga selesai. Yang ada, aku udah pasrah banget sama kelemotan itu mainan. zz, padahal sebenernya asik lho. sik asik sik asik mainan the sims #nadanya ayu tingting. #plaaak, apasih ais ngga jelas.

Keluar dari gerbang, ngga ada masalah. Keluar dari gang, sedikit masalah. Jalannya agak curam naik, sekitar 75 derajat kemiringan kali yak. Gara-gara ngebonceng orang, jadinya harus pake gigi 1. apalagi Dinda yang aku boncengin, huahaha. Jadi begini kronologinya.
Jalanan udah mau naik, di perjalanan, jalannya berlubang penuh kerikil dan digenangi air. "Bisa kan Ais?"
"Bisa, Dind, Insya Allah. Udah kuat kok."
Pas udah hampir ke puncak, aku lupa, "Aduuh, masih gigi 2. Gimana nih?" harusnya udah gigi 1, kalo ngga, ngga bisa ke puncak zzz. Mau berhenti, ntar melorot ke belakang, tapi kalo mau ngurangin, harus nggak digas motornya.
"Aduuh, nggak kuat Dind.." aku mendesah, sambil tetep ngegas. Tapi, mungkin Dinda nggak dengeer hiks.
"Ayoo, AIS PASTI KUAAAT... AIS PASTI BISAAAA!!" Tapi, pas Dinda ngomong gitu, motorku melorot, hiks. Dan apa yang dilakukan Dinda? Bukannya turun dia malah tetep duduk nangkring di jok, padahal aku udah nggak kuaat... hosh hosh hosh. Tetapi, energi postif dari Dinda membuatku tetap bisa melangkah ke depan #glek, itu udah sekuat tenaga ngegas bentar, terus berhenti ngegas, dikurangin ke gigi 1. tapi sempet meloroot juga. Hahaha, jangan dibayangin, soalnya kalo diliat lucu banget kondisinya.

Masalah kecil, selesai. Perjalanan dilanjutkan. Masih biasa. nggak ngebut kok. tapi, pas di depan kompleks Pasar Wage.. kejadian itu terjadi.... Masalah BESAAAAR
Sebenarnya masih asik ngobrol sama Dinda, tapi aku masih fokus liat ke depan. Terus, tiba-tiba ada pak becak yang mau ke arah kanan, ke arah kompleks pasar wage gitu. Tapi, aku udah keburu di belakang bapaknya, niatku, aku mau nrabas bapaknya, biar aku aja yang lewat dulu, karena waktu itu, motorku agak ke arah tengah jalan, tetapi, aku gak sempet nglakson untuk ngasih tau bapaknya biar berhenti sebentar, buat biarin aku lewat, Alhasil, bapaknya tetep nggenjot itu becak, dan akhirnya, AKU NABRAK bapak TUKANG BECAK.

Sesaat setelah nabrak, aku menyeimbangkan motorku, Dinda, untung nggak jatuh. Motorku juga untung Alhamdulillah nggak sampe lecet-lecet. Terus, karena sadar udah stabil, maskipun masih shock, aku jalan terus. Aku jadi lupa kalo abris nabrak orang. Kirain bapaknya akan baik-baik saja, tetapi ternyata..
"Mbaaaak... Woyyy, jangan lariiii..." aku liat di spion, ada sesosok terkapar di aspal, dengan becak terbalik di sampingnya. Glek, bapaknya gemetaran di aspal. Aku langsung puter balik.

Parkir di tempat seadanya, terus ke arah bapaknya. Becaknya udah diamankan, tapi, bapak becak masih bertanya-tanya, "Becakku piye, becakku piye...(becakku gimana, becakku gimana...)". Berdiri diam, bingung mau ngapain. Speachless. Bapaknya udah tua banget. Aku liat di kaki bapaknya. Berdarah. Nggak, biasa aja, aku nggak takut sama darah kok, wkwk. Tapi, kayaknya, bapaknya cuma lecet-lecet sedikit. Mungkin beliau agak shock. Begitu pula dengan aku dan Dinda. Hiks..

Akhirnya, tanpa sadar, di sebelahku ada bapak Polisi. Apakah Saeful Bachri??
To be continued...