Selasa, 11 Februari 2014

Pribadi Mimikri

Bismillahirrahmanirrahim

Manusia itu makhluk (jejaring) sosial, dan semua orang tahu itu. Tetapi, akhir-akhir ini saya diresahkan dengan beberapa problem. Sekarang ini, lebih banyak yang sibuk dengan akun pribadinya. Tidak semua sih, tetapi banyak yang begitu. Pernah saya beberapa kali agak marah dengan temen sebelah saya, “Eh, kamu! Dari tadi aku ngajakin kamu ngobrol tau. Kamu malah mainan hape. Aku kan jadi kayak orang gila.” Gimana enggak, saya ngajak ngomong sesuatu, tapi nggak dijawab-jawab, begitu dia jawab, jawabannya, “Eh, iya. Apaan tadi?” Kesel nggak sih? Keseeeeel!

Iya sih, sebenarnya saya masih bisa mengasyikkan diri saya dengan kegiatan yang sama seperti yang dia lakukan. Terkadang prinsip saya itu, jika seseorang memperlakukan saya ‘seperti itu’, berarti dia juga ingin diperlakukan ‘seperti itu.’ Permasalahannya adalah, hape saya bukanlah smartphone seperti milik teman-teman saya. Saya pun tidak menggunakan I-phone, I-pad, tablet, dan lain-lain lah. Apalagi yang sekarang bentuknya besar-besar itu. Alhasil saya nggak punya berbagai akun instant messaging seperti yang sedang marak dewasa ini. Saya cuma punya dua akun, facebook dan twitter, hehe. Lebih parahnya lagi, hape saya tiba-tiba konslet, game hilang semua dan nggak bisa buat internetan. Alhamdulillah sih, fungsi utamanya masih sanggup ia jalankan, secukupnya, seperti sms dan telepon.

Oke, cukup curhatnya. Sebenarnya di balik segala keresahan saya ini, saya masih sering kok bersosialisasi dengan teman-teman saya. Yah, cuma satu dua kok, yang suka sibuk dengan akunnya. Malah sebenarnya jarang sekali. Tapi sekalinya dicuekin, saya keselnya minta ampun hehe.

Tetapi, teman-teman saya ini memiliki beberapa perbedaan karakter dan keseharian yang berbeda pula. Saking berbedanya, saya sering bingung, karena saya jadi memiliki sikap seakan-akan mengikuti mereka. Berikut merupakan beberapa kelompok karakter yang saya temui:


credit : pixabay.com
1. Single but Slow  
Aku baik-baik saja, menikmati hidup yang aku punya
Hidupku sangat sempurna~
I am single and very happy~

Ya, begitu kira-kira soundtrack hidup kami. Teman-teman seperti ini saya dapatkan waktu penghujung SMA. Teman keseharian saya jarang banget yang punya pacar, dan utamanya lagi, jarang yang bahas cowok. Haha, bahas cowok sih paling tetangga depan rumah temen, terus kalo ketemu sama cowok cakep aja, sama artis cakep. Kalo ngebahas, cuma buat seneng-seneng aja. Utamanya sih, karena saya temenan sama orang-orang begini, saya jadi awet single.

Sekarang juga temenan sama orang-orang single, tapi ada yang nggak slow. Kadang suka nyeletuk, “Woi, mblo.” Atau sapaan iseng lainnya. Ya nggak masalah sih, emang apa adanya begitu, haha. Yang bikin semakin nggak slow itu, kadang, karena kita jomblo-jomblo, jadi peluang mau ngejekin atau ngejodoh-jodohin sama orang makin besar. Ini yang makin bikin agak-agak eneg.

   
2. Couple group
Ini juga ada, saya sahabatan sama temen SD dan SMP sampe sekarang. Totalnya bertiga, tapi yang dua udah jadi couple. Sisanya, ya saya, masih awet single, nggak masalah sih, nggak beban. Tetapi kadang, saya yang jadi suka diledekin. “Ntar pasti kamu deh yang paling cepet nikah, percaya!” yah, diaminkan saja deh, itu kan doa. Terus kadang juga suka liat akun medsos masing-masing temen saya ini. Ada yang foto berdua bareng, ada yang laporan lewat path lagi berdua, dan lain-lain. Kadang juga suka cerita, suka dikasih hadiah sama pacarnya kalo lagi ulang tahun, atau sekedar jalan-jalan. Iri? Dikit, haha, tapi kalo pas lagi terpapar sama mereka berdua aja kok. Kasian ya saya? Haha, enggak kok, saya semangat dan tetap mengaminkan doa mereka di awal tadi.

3. Always be a good muslimah
Grup macam ini pertama kali temukan pada saat SMA. Berkat lingkungan yang baik, saya yang masih labil (dulu) jadi menemukan di koridor mana saya seharusnya berada *tsaah. Kalau lagi terpapar dengan grup ini, rasanya adem, tentram, dan menyenangkan. Sampai sekarang, alhamdulillah masih diberi kesempatan bergabung dengan teman-teman yang membuat saya jadi always be a good muslimah (aamiin). Berkat ingatan saya juga akan grup ini, ketika saya tergoda dengan couple group saya jadi sadar. Ada hal lain yang lebih menentramkan hati saya lho, obat hati, ada lima perkaranya~~ (lanjutin sendiri yak)

4. Politic Group
Jangan salah, saya juga gabung dengan grup yang begini-begini, meskipun saya nggak ngerti-ngerti amat. Saya bergabung di badan eksekutif mahasiswa, dan kata teman saya, ini adalah alat politik. Sebenarnya saya nggak ngerti banget, karena jarang baca buku tentang pergerakan atau politik. Saya dulu sempet nyeletuk, “Aku nggak suka soal politik-politik gitu.” Lalu, teman saya membalas celetukan saya, “Terus ngapain kamu ikut BEM? Mau nggak mau kamu harus ngerti politik doong.”

“Sesungguhnya seorang muslim belum sempurna keislamannya kecuali jika ia menjadi seorang politisi, mempunyai pandangan jauh ke depan, dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Keislaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan-persoalan bangsa.”

Hal tersebut adalah pernyataan dari Hasan Al Banna. Tetapi, saya sama sekali belum mengerti dengan politik. Cuma, kalau lagi bergabung dengan orang-orang yang mengerti dengan hal ini, saya suka mendengarkan dengan semangat. Semacam menarik gitu, sih.

Ya, memang lingkungan itu sangat penting dalam membangun kepribadian dan jalan hidup seseorang. Kalau pada saat pencarian jati diri kita menemukan kawan yang tepat, pasti kita akan jadi orang baik, saya percaya itu. Banyak-banyak bergaul dengan orang baik, atau bahkan orang keren. Pasti ikutan keren deh. Yang penting bisa jaga prinsip saja, dan juga toleransi. Membaur tapi tidak melebur. Tetapi, kalau bisa sekalian memberi tahu mana yang benar mana yang salah. Sama-sama belajar, saya juga tidak sepenuhnya sempurna. Yuk, semangat!