Selasa, 30 Juni 2015

Dandan dong, biar Cantik!

Assalamu'alaikum!

Alhamdulillah sudah menginjak tanggal 13 Ramadhan. Ukhti-ukhti masih puasaaa? Alhamdulillah.. Kalau ada yang bolong, hmm, ya wajar sih, namanya juga perempuan hehe. Kali ini saya mau membahas mengenai permasalahan perempuan pada umumnya. Masalah penampilan, ya, bisa diliat dari judulnya kaan? Tulisan ini merupakan hasil refleksi diri saya beberapa waktu yang lalu, sampai sekarang juga sih.  
                                                 
"Ciyee, pake lipstik tuuuh."
"Ciyeee, pake eyeliner coooy."
"Ciyeee, itu pensil alisnya warna coklat yaa?"
"Ciyee, hijabers ciyeee."

Ini adalah celetukan khas yang akan diucapkan atau didengar oleh sekerumunan mahasiswi tingkat akhir. Percaya nggak? Udah percaya aja. Tapi sebenarnya ada sih sekelompok mahassiswi yang sudah memakai ubarampe ini dari tingkat awal. Namun peningkatan kuantitas akan terjadi secara pesat saat menginjak semester-semester akhir. Pun kalau nggak dandan, biasanya para mahasiswi akan terlihat lebih menawan (baca: lebih bersih, lebih wangi) saat tingkat akhir. Ini sih yang saya amati di angkatan saya, angkatan 2011, yang mungkin sedikit berbeda dengan angkatan lain.

Terus, sebenarnya boleh nggak sih kita dandan? Muslimah kan nggak boleh tabarruj? Eh, tabarruj apa sih? Mungkin banyak yang sudah pernah baca, tapi diulang lagi ngga papa lah ya, mengingatkan *note to myself*
Tabarruj menurut bahasa berarti menampakka perhiasan dan anggota tubuh untuk menarik perhatian laki-laki. Dari berbagai sumber, saya rangkum:
1. Menampakkan aurat. Tampil cantik boleh, apalagi kalo aslinya udah cantik, tapi jangan menampakkan aurat. Ayo yang muslim, mumpung Ramadhan, sila buka Al-Quran surah An-Nur: 31, Al Ahzab: 59, dan masih banyak lagi ayat yang mewajibkan kita menutup aurat.
2. Meliuk-liukkan anggota tubuh, menggoyangkan kepala. Mungkin maksudnya adalah menggoyangkan kepala atau anggota tubuh lain dengan genit, dan membuat laki-laki tergoda. Kalo kata murobbi-nya Dinda, wanita itu jangan lemah lembut, tapi Kuat-Lembut atau Kuat-Tegas, biar laki-laki nggak main-main!
3.  Memakai pakaian tipis dan ketat
4. Memakai wewangian yang mencolok. Ada beberapa orang teman yang memiliki prinsip untuk nggak memakai parfum atau wewangian sama sekali, nggak masalah sih, asal kebersihan badannya terjaga, jadi nggak bau. Tapi, bagi orang seperti saya yang suka hiperhidrosis, alias keringat berlebih, jadi potensi bau badan sangat besar, saya minimalisir dengan pakai splash cologne atau deodoran. Cologne ini adalah tingkatan terendah dari wewangian, kalo kata Diyan, ada banyak kelas, ada eau de cologne, eau de toillete, eau de perfume, sampai perfume. Kelas ini berdasarkan campuran dan ketahanan wangi dari wewangian tersebut. Tetapi kalo tetep pengen ngga pake wewangian, jangan mencederai hak orang lain ya, mandi yang bersiiih!
5. Menyambung rambut, mentato, mencabut rambut dahi, menjarangkan gigi. Masalah meencabut rambut dahi atau aktivitas sejenis seperti mencukur alis ini sudah lumayan sering dilakukan oleh beberapa teman. Tapi saya pernah diduga oleh seseorang kalau saya mencukur alis. Kania bilang, "Kalo liat alisnya Ais kayak dicukur gimana gitu ya." Yaampun Kaniii... ini emang alis aku kayak gini dari lahiiiirr -_-

"Aiss, kamu nggak matching banget baju ama kerudungnyaa!" Ini adalah komentar yang sering saya hadapi waktu jadi mahasiswi tingkat awal. Bodo amat! Haha, saya menyadari selain suka nggak matching, saya juga kucel gitu waktu masih jaman nggak enak. Sekarang juga sih.... 

"Nduk, kamu tuh kok bajunya warnanya gitu, tho. Kayak ibu-ibu." Ini yang komentar ibu saya. Ibu saya ini cukup modis, saking modisnya, banyak baju-baju beliau yang warnanya, modelnya, kayak anak muda banget. Jadi saya suka malu kalo jalan sama ibu, stock baju ngga ada yang trendi, hiks (ntar ketuker mana ibu mana anak). Tapi, baiknya adalah, baju-baju ibu yang suka kekecilan itu dikasih ke saya minta. Dan saya selalu mempercayakan pilihan model baju ke ibu saya. Tapi, kalo teman-teman melihat baju saya masih rada-rada ketuaan, berarti itu bajunya kebanyakan pilihan saya -_-.  

"Kamu tuh pake baju yang bener milihnya, harus sesuai sama usia kamu. Sekarang belajar jadi wanita anggun, biar nanti suamimu nggak malu kalo jalan sama kamu, Nduk." Kalau nasihatnya udah begini apa mau dikata.............
"Ais, nanti itu kita kan lahannya jual jasa, jadi harus tampil kece. Seenggaknya enak dilihat lah." Itu kata teman saya yang saya komentari, "Tambah ayu ya saiki kowee!" (tambah cantik ya kamu sekarang).

Ya saya sih memilih untuk jadi yang pertengahan saja, nggak berlebihan dalam berdandan, dan nggak kucel-kucel banget sampai dibilang pelit. Yang penting jangan malu-maluin.........

Senin, 29 Juni 2015

Naik-Naik ke Puncaak (2)

Assalamu'alaikum!

Alhamdulillah sudah ramadhan lagi, tapi sayang, ramadhan kali ini (lagi-lagi) pupus sudah cita-cita saya untuk membuat satu tulisan sehari. Ini sudah hari ke 12 Ramadhan, dan belum satupun tulisan terposting. Ini bentuk kemalasan yang luar biasa, sudah masih hutang satu postingan bersambung, dan berpuluh-puluh draft nggak jadi diposting. Oya, sebenarnya ada beberapa alasan kenapa nggak saya posting, soalnya bahaya. Bisa dilihat di postingan ini kalau mau tahu alasannya.

Oke, kali ini saya lanjutkan perjalanan saya naik ke Puncak Sikunir, Dieng. Setelah bersusah payah mengumpulkan tenaga untuk naik, akhirnya sampai juga di tengah-tengah perjalanan. Nafas sudah terengah-engah, dan kami bertiga (saya, Nurul, Fathia) sudah terlalu sering berhenti, akhirnya kami putuskan untuk tidak menyerah. Ini memang bukit pertama saya melakukan pendakian. Capeknyoooo. Sampai di puncak, Previ, Mayubu, Agus dan yang lainnya sudah bersiap untuk berfoto. Saya? Saking terengah-engah dan sesak yang semakin dalam, akhirnya saya memutuskan untuk meminta oksigen punya Fathia. Alhamdulillah, sudah mendingan, Kalau Fathia sih, karena dia kelaparan, langsung beli popmie (waktu kami mendaki belum memasuki bulan Ramadhan)

Sayang sekali, saat sampai di sana, sunrise-nya tertutup awan mendung gitu, jadi nggak begitu terlihat golden sunrise-nya.

Tuh kan, nggak keliataaaan *cry*

Oleh karena tas saya dibawa oleh suporter, jadi saya nggak bisa mengambil hape saya yang segede talenan buat foto-foto. Jadi saya nggak punya dokumentasi cukup banyak dari sunrise Sikunir ini. Sisanya adalah foto-foto yang ada orangnyaaa hiks. Pas foto-foto kami dilihat-lihat lagi, pemandangannya cuma 20%, 80%-nya muka-muka orang alay narsis rebutan biar bisa nampang di foto. Oya sekilas info, Bukit Sikunir ini memiliki ketinggian 2.263 mdpl. Tinggi juga ya, tapi kok nggak capek-capek amat? Mungkin karena separuhnya sudah kita tempuh dengan kendaraan hahaha. Kalau mau lihat foto-foto yang lebih cakep, bisa diintip di sini.

Saatnya turuuun. Ya, track untuk naik bukit ini sebenarnya cukup enak kok, tapi ada beberapa yang mirip rawa-rawa gitu, jadi mbak-mbak yang ngaku sebagai Hayati dan pengen ke rawa-rawa, bisa ke sini ya, daripada galau mulu. Ohya, saat kami turun, kondisi langit sudah cukup cerah, jadi keliatan tuh, samping, depan, belakang, mukanya siapa. Saat itu, pas saya lagi susah payah mau turun karena jalannya terjal, ada bapak-bapak iseng tanya, "Mbak, itu nggak dicopot aja roknya, dalemnya ada celananya toh?" Jangan ngereeees, maksudnya bapak ini adalah celana panjang, alias celana training. Jadi waktu saya nyincing-nyincing (uopoo iki bahasa Indonesia ne, rek) rok, celana training saya yang balapan keliatan. Jadi bapaknya kasihan sama saya, gitu. Jangan ngeres sodara-sodara. "Hehe, iya pak, nggak papa, biar anget soalnya dingin, pak." Emang susah ndaki-ndaki gitu pakai rok, tapi, insya Allah nggak kapok kook haha.
Ini salah satu track yang masih nyaman *makasih fathia udah fotoin aku, btw ini beneran candid looh*

Hayoo siapa yang mau diajakin sama mbak Previ? Kalo nggak ada, sama aku ntar Prev :"
Setelah turun, ada wisata lain yang mengharuskan kami naik-naik ke puncak. Yaitu bukit ratapan angin. Mengapa ratapan angin? Soalnya kata bapak-bapak losmen nanti kita bakal meratap di sana :". Jalur pendakiannya ya mirip-mirip sama Sikunir, tapi ternyata tetap saja saya kelelahan. Di Bukit ini, kita bisa melihat telaga warna dari atas. 

Jjaaaaang. Inilah bukit ratapan angin. Taken by Reza

Inilah Telaga Warna

Sebenarnya masih ada trip lain yang menyenangkan setelah kami menyelesaikan pendakian di Bukit Sikunir dan Ratapan Angin ini, ada Candi Arjuna, terus ketemu Teletubbies, dan Kawah Sikidang. Nanti ya, lain kali. Kalau enggak, silakan yang belum ke sini bisa ke sini dan rasakan nikmat Allah yang tidak mungkin kalian dustakan :)