Selasa, 02 Januari 2018

Jangan Jadi Gendut!

Assalamualaikum!
Haiii sudah lamaaa tidak bersuaaa..

Iya nih, lagi sibuk memadatkan diri, dengan kegiatan yang cenderung memadatkan badan. Makan, tidur, nonton drama, tidur lagi, makan lagi... Muteeeer aja disitu..

Alhasil, tak disangka tak dinyana, saat iseng timbang berat badan, BB saya naik 15 kg dibandingkan saat SMA dulu.. ckckck.

Setelah saya amati, dan saya pikirkan matang-matang, kenapa hal tersebut bisa terjadi, saya mendapatkan suatu kesimpulan. Saya ini termasuk orang yang sangaaat cuek dengan penampilan, terutama dulu, waktu masih awal-awal kuliah. Karena itulah saya cuek mau makanan apa aja diembat. Pengalaman semasa SMP saya jadikan patokan, badan saya nggak bisa gemuk waktu SMP, segitu-segitu aja meskipun makannya banyak. Namun, percayalah, era sudah berubah, makanan bermutasi, kemudian badan saya ikut bermutasi. Sekarang yang terjadi kebalikannya, makan sesedikit apapun, tetap gendutlah hasil akhirnya.. 

Gendut ini ingin segera saya akhiri.. "Loooh, kenapa Is? Kok sekarang jadi pemerhati penampilan gini?"

Awalnya sih karena capek juga dibilang, "Diet Is makanya, badan udah gemuk gitu.."
"Yaampun iiiis, gendut bangeeet.." Dan emang ketika saya melakukan pengukuran Body Mass Index, body saya udah termasuk ke OBESITAS. OH MY GOD!!

Seketika saya merasa badan terasa berat, terus kepikiran, pantesan jadi sering ngantuk.. Suka males jadinya kalau mau ngapa-ngapain, pokoknya multiple banget deh keluhannya. Apalagi dengan riwayat penyakit yang saya kantongi, saya jadi takut kena diabetes, hipertensi, dislipidemia, dan puncaknya bisa sindroma metabolik*.. oh nooo!!

Apaan sih sindroma metabolik itu? Sebenarnya ada beberapa kriteria diagnosis dari pengertian si sindroma metabolik ini. Namun, kalau menurut NCEP (National Cholesterol Education Program, ini lembaga punya Amerika) sindroma metabolik ini merupakan sekelompok kelainan metabolik, baik lipid (lemak) maupun non-lipid (non-lemak) yang merupakan FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER, yang terdiri dari obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida tinggi, tapi kadar HDL rendah), hipertensi, dan kadar glukosa darah tidak normal. Bentar-bentar, kamu abis ngomong apaaa iss??

Hehe, oke-oke, kita perjelas dulu yaa, kriteria diagnosis untuk sindroma metabolik, kalau nanti ada yang perlu diperjelas, bisa saya tambahin lagi penjelasannya. Sebenarnya untuk kriteria sindroma metabolik ini juga ada yang menurut WHO, namun hingga kini, kriteria dari NCEP-ATP III inilah yang mudah dilakukan untuk para klinisi dalam mendiagnosis sindroma metabolik. Setidaknya 3 dari 5 syarat terpenuhi dari kriteria berikut ini:

  1. Obesitas Sentral : Pria >102 cm | Wanita > 88 cm, nah, namun kriteria ini mengalami modifikasi, hal ini karena terdapat perbedaan ukuran lingkar pinggang 'normal' berdasarkan etnis. Sooo, kalau Anda orang Asia, maka lingkar pinggang yang memenuhi syarat obesitas sentral adalah > 90 cm untuk pria, dan untuk wanita > 80 cm
  2. Trigliserida :  ≥150 mg/dl
  3. Kolesterol HDL : Pria < 40 mg/dl | Wanita < 50 mg/dl (kolesterol HDL ini yang dinamakan kolesterol baik)
  4. Tekanan darah : ≥ 130 mmHg / ≥ 85 mmHg
  5. Glukosa darah puasa : > 110 mg/dl
Gimanaaa? Sudahkah teman-teman memenuhi 3 kriteriaa? Oiya, bahkan saya sempat mengikuti kuliah DrdrWara Kushartanti, M.S. dari FIK UNY, beliau mengatakan bahwa, sekarang sindroma metabolik bisa 'dilihat' hanya dari ukuran lingkar pinggang saja lho. Karena hal tersebut menggambarkan juga bagaimana gaya hidup kita yang apa-apa dimakan haha. Gimana, bahaya nggak? Langsung deh pada ngukur lingkar pinggang masing-masing yak.

Kalau ais gimana lingkar pinggangnyaa? Psssst... masih normal, kalau saya orang Amerika, buahaha. Kalau orang Asia udah lebih dooong? Yups, makanya harus mulai mengurangi ukuran lingkar pinggang nih. 

Oiyaaa, kemarin aku juga sempat cek kolesterol lewat darah yang ditusuk di jari loh. Terus hasilnya lumayan bikin kaget sih, hasilnya 225. Hayooo, itu berarti yang diukur apaa? trigliserida yaa? atau Kolesterol HDL? Nah alat itu mengukur kolesterol total teman-teman. Loh, kok beda lagi?

Trigliserida dan kolesterol itu termasuk lemak yang beredar di dalam tubuh. Dua jenis lemak ini punya fungsi yang berbeda, kalau trigliserida nanti bisa diolah jadi energi, sedangkan kolesterol yang disimpan nanti bisa jadi bahan untuk menyusun sel-sel tubuh atau hormon. 

Naah, kalau mau kadar trigliserida, bisa dilakukan dengan tes laboratorium. Jadi perlu tes lebih lanjut, apalagi kalau sudah pernah dilakukan tes dengan alat cek darah digital (yang pake jari itu) terus hasilnya lebih dari 200 mg/dl.

Trusss, katanya kan big is beautifuul? katanya ada penelitian yang menunjukkan gendut itu lebih bahagia daripada orang kurus? Hmmmm, ini baru membahas masalah gendut dari sisi kesehatan sih. Kalau masalah gendut vs kurus, nanti beda lagi ya pembahasannya. Oiya, bukan berarti kurus itu lebih sehat juga ya. Asal kebutuhan kalori sehari terpenuhi, hmm nanti lain kali kita bahas lagi.

Oiyaa, postingan ini insyaAllah masih bersambung, terutama membahas bagaimana sih supaya kita nggak kena sindroma metabolik ini. Apalagi beberapa temen saya yang sempet cek kolesterol dengan keluhan yang nggak terlalu berat, menunjukkan angka kolesterol lebih dari 200. Jadi, ternyata perlu pengawasan ekstra ketat yaa untuk masalah kolesterol ini. Ditunggu yaaa :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

need your support :)