Rabu, 15 Juni 2011

Pendewasaan Hati-Bersikap dg si Besar Kepala

Bismillahirrahmanirrahim, waah sudah lama sekali tidak posting hem, alhamdulillah sekarang masih diberi kesempatan mengetik di keyboard sewaan (baca:warnet) karena ada sesuatu hal jadi tidak bisa posting dari rumaah aargh.

ada pepatah yg mengatakan "Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilhan". Ya, dewasa (bisa dikatakan umur mental) itu belum tentu berbanding lurus dengan umur fisik seseorang, kata seorang psikolog jadi percaya aja ya haha, jangan ngeles :p. Bisa jadi umur seseorang sudah 30 tahun, tapi sikapnya masih umur 20 tahun. Atau bahkan usianya masih 17 tahun (seperti saya setahun yang lalu, jadi sekarang umur sayaa=...? ayo tebak!) tetapi usia mentalnya seperti orang berumur 25 tahun. Wallahualam.

Tetapi, kondisi mental seseorang itu juga dipengaruhi oleh beberapa hal loh, belum tentu cuma karena faktor bawaan dari lahir. Lingkungan, sangat menentukan bagaimana kita akan bersikap dalam menghadapi suatu masalah. Tetapi, selain bagaimana lingkungan itu yang menentukan bagaimana kita bersikap, juga menentukan bagaimana kita bersikap dewasa (mudeng gak). Menurutku, di lingkungan yang berbeda, ukuran dewasa itu berbeda juga.

"Hey bro, gue abis beli BB loooh" kata Budi (nama samaran) dengan mulut maju mundur kayak paskibra lagi PBB.
"Soooo? Emang gueh pikirin" melengos si teman yang harus berhadapan dengan Budi si sombong itu, sebut saja dia Arif.
"Bradherrr dherr, listen to mee yaw, BB itu barang canggih yang sudah tidak diragukan lagi keberadaannya. Dan eloo, harus cobba geto" si Budi dengan nafas megap megap memamerkan keunggulan apa yang dia, eh, BB itu miliki.

Nah, sekarang, apa yang harus anda lakukan jika berhadapan dengan Budi? Anggap diri anda ini adalah Arif (nah loh, pusing? coba saya kasih pilihan)
A. Langsung pergi tanpa bilang sepatah kata
B. Bilang,"Ih, lucu banget deh, beli dimana? Aku mau dong"
C. Dengan mata melotot,"Elo pikir gueh kagak tahu nih BB kayak apa? Heh, Sekodi juga gueh beli choy!"
D. Tersenyum,"Alhamdulillah, jadi makin gaul dong ya? Haha, tapi jangan berlebihan ya sob."

Ya, mau pilih yang mana? Suka suka deh, tapi, kalo masih dalam satu kasus kayak gitu, mungkin masih bisa ditolerir ya. Seandainya Budi adalah orang yang sekali menceritakan kebesarannya, dan kemudian orang lain berkomentar positif dia makin sombong, gimana dong? Misal ya, mari kita lanjutkan percakapan mereka

"Iya, iya ntar deh kalo ngga kesempitan gueh coba (lo pikir bajuu? --")" Mari kita koreksi
"Oke bro, tapi lo harus ngajarin gue, gue nggak ngerti soal begituan." (waw, tidak ada di pilihan --a)
"Hah? Elo kagak ngerti? Okay gue ajarin gampang bro, tinggal pencet pencet selese dah. Gue juga punya hape di rumah yang kayak BB gitu bro, tapi ngga pernah gue pake."

Kemudian si Budi bercerita tentang hape-hape di rumahnya, komputer, laptop, sampe pot bunganya yang canggih, bisa nyiramin kembang sendiri sesuai dengan kebutuhan si tanaman, dan selama itu, Arif hanya terdiam. Bagaimana jawaban DEWASA yang bagus ya?

4 komentar:

  1. Hey ais, jangan pake nama Arif.. =,="
    Nama Arif yg aku kenal tuh orangnya buaiiik banget, dia jauh lebih dewasa dri pd krakter yg di cerita.
    Mungkin klo suruh memilih jawabannya, Mas Arif yg aku kenal insyaAllah jawabannya "D"
    hehehehehe :P

    BalasHapus
  2. haha, mana ku tahu kau punya urusan dengan org bernama arif --"
    oya, aku lupa menuliskan,"Jika terdapat kesamaan nama, karakter, tempat, dan kejadian hal itu adalah ridak disengaja." hahahaha

    BalasHapus
  3. ini pengalaman pribadi is?haha..
    kalo aku sih lebih ke jawaban 'D'
    kyak ova juga,hehe (ngk ikut-ikutan lhoo... :p)

    BalasHapus
  4. bukan sih bu dokter isti hehehe, tiba tiba ada gagasan nggak mutu yg harus segera dikeluarkan hahaha

    BalasHapus

need your support :)