Bismillahirrahmanirrahim..
Saling
tolong menolong merupakan hal yang harus kita lakukan dalam kehidupan
bermasyarakat. Niat menolong orang lain merupakan suatu kebaikan. Ya kan? Ya
kan? Baru niat saja sudah dicatat oleh malaikat, apalagi kalau sudah melakukan.
Betul? Ya betul sekali #prokprok
Kita
semua tahu, donor darah merupakan salah satu kebaikan yang tiada taranya. Bagaimana tidak, kita bisa menyelamatkan nyawa orang lain dengan darah kita
(jika Tuhan mengizinkan). Ada orang kehilangan banyak darah karena terjadi sesuatu
padanya, ia bisa menggunakan darah kita untuk mengganti darah yang hilang
(berasa iklan minuman isotonik). Selain itu, kita bisa menjaga kesehatan kita,
karena dengan mendonorkan darah, darah yang kotor akan dikeluarkan dari dalam
tubuh (berarti penerima darah menerima darah kotor dong? Wah, itu di luar
kapasitas saya, hehe)
Namun,
ketika aku, eh saya ingin mendonorkan darah, selalu saja ada hal yang membuat
saya selalu gagal. Segalanya hanya bersisa pahala niat. Itupun jika niatnya bener. Bayangkan, dari 4 kali mencoba, 4 kali pula
kegagalan menerpa. Sungguh, itu di luar kekuasaan saya.
Kegagalan
#1
Kelas
1 SMA. Ada pengumuman dari interkom di kelas. “Hari ini ada donor darah di
basecamp PMR. Bagi yang ingin mengikuti silakan mendaftar kepada ketua kelas
masing-masing.”
Aku
tertarik. Aku bersama temanku pun mendaftar. Saat itu usia kami 15 tahun.
Pokoknya intinya aku dan teman sebangku mendaftar.
“Eh,
tapi kan kita belum 17 tahuuuun…”
“Emang
harus 17 tahun ya?” aku bertanya dengan rasa penasaran. Sungguh mati aku jadi
penasaraaaan, kenapa donornya harus tujuh belaaaass, yoo digoyaaang!
“Iya,
aiisss…!” temanku tak kalah ngotot. Kita ngobrol sambil adu besar-besaran otot
biseps.
Tetapi,
ujung-ujungnya kita tetap ngotot. Ngotot ikut donor, biar bisa ngeceng di
tempat donor sama kakak-kakak kelas yang ganteng. Imbasnya, ketika antri di sana
pas sudah di depan ibu dari PMI, ditanyain, “Usianya berapa dhek?” kita
jawab,“15 tahun buuu.” Ibu itu mengernyitkan kening, “Petugaasss… mereka masih
di bawah umuuurr!!”
Gagal.
Gagal total. Donornya gagal, tapi tenaang, ngecengnya tetep jalan.
Kegagalan
#2
Kelas
2 SMA. Sebenarnya yang ini masih di bawah umur juga. Usiaku masih 16 tahun
soalnya. Tapi ngotot tetep pengen ikutan donor darah. Masuk ke basecamp PMR. Di
sana sudah ramai antrian. Di depan mas-mas PMI (yang ini ganteng deh [?])
ditanyain, “Usianya berapa dhek?” kita jawab, “16 tahun maaasss.” Si mas
menjawab dengan lembut, “Yaudah deh, coba ditimbang dulu berat badannya yaa..”
kita-kita agak terpesona, terdiam dan tak tahu harus berbuat apa. Sungguh,
wajahnya mengalihkan dunia kami. “Wooy dheek, nimbang dulu gih sanaah!” waduh,
baru inget kalo disuruh nimbang.
Merem
melek nggak jelas waktu ditimbang., dalam hati kepikiran, “Aduh, berat badanku
berapa yaah? Jangan-jangan aku obesitas nichh..” tuh kan alay, gara-gara merem
melek sih..
“Empat
puluh tiga, is.” Waw, lumayan lah yaah.
“Ya
mas, tadi udah nimbang, berat badan saya empat puluh tiga kilogram.”
“Waduuuh,
maaf dhek, berat badannya harus di atas 45 kg, kamu tidak memenuhi, maaf ya.” Pupus
sudah harapan disuntik sama mas-mas ganteng. Aduuh, niat donornya ngeceng
melulu nih. Gagal maning-gagal maning.
Kegagalan
#3
Ada
donor darah lagiii… Sekarang kelas 3 SMA. Usia cukup. Berat badan cukup. Tinggi
badan cukup. Wajah menarik. Ayo lanjutkan donor. Semangat donor darah!
Sebenarnya
hampir gagal mau ikutan donor kali ini. Karena ada jam tambahan dari pagi
sampai sore, jadi tidak sempat ikut donor darah yang notabene dimulai dari jam
8 dan selesai jam 12 siang. Tapi karena niat tak terkalahkan, jadi tetap ngotot
ke tempat donor darah. Kali ini tempatnya di UKS. Sudah sore, sehingga antrian
pun tidak padat. Hahaha, kuasai medaan.. kali ini ndak bisa ngeceng, karena
sudah jadi angkatan tua, hiks.
“Dhek,
masih bisa donor kan ya?”
“Oooh,
masih mbak, masiiih. Tunggu dulu ya mbak..”
“Eh,
kamu duluan ya, nanti aku di belakangmu.” Kita malah saling tunjuk sebelum
donor. Akhirnya para lelaki jagoan memutuskan donor duluan. Pas giliran
perempuan, ada beberapa yang sudah berhasil. Nah, tepat satu orang lagi di
depanku, tiba-tiba mas-mas PMI berkata, “Waah, maaf mbak, kantong darahnya
sudah habis.. kita cuma bawa sedikit kantong hari ini.. Jadi mbak nggak bisa
donor dulu. Maaf ya mbak..”
GAGAL
LAGIII GAGAL LAGIII.. Yang ini alasan paling nggak bisa aku terima. Masak cuma
gara-gara kantong habis nggak jadi donor, hiks. “Eh, mbak, ini sudah diambil
lagi kantongnya. Masih ada kantong nih mbak.”
Sudah
menyerah mas, sudah. SUDAH. Jadi agak uring-uringan nih. Mau masnya bilang
masih ada 10 ribu pun, udah ilfeel aku. Hahaha, gaya banget, padahal sebenarnya
dari lubuk hatiku yang paling dalam, AKU TAKUT sama jarumnya yang guedeee
bangett..
Kegagalan
#4
Donor
darah @Alun-Alun. Aku baca tulisan itu di dinding kamar teman kuliahku. Waah..
asikk.. donor darah lagii..
“Iya
lhoo, itu kalo kamu donor dapet souvenir tempat makan yang terkenal itu lhoo.
Yang mahal banget..”
“Dapet
Souvenir?? MAUUU..”
Berangkatlah
kami ke sana. Timbang berat badan, cukup. Isi formulir sudah. Sehat walafiat.
Tekanan darah, normal. Sekarang nih, cek Hb (Hemoglobin). Cuuss.. sakitnya
minta ampun, haha, enggak ding, lebay. Darahku menetes dengan deras, aargh.
Dengan lincah sang perawat mengambil sampel darahku tersebut. Kemudian ia teteskan
darah yang sudah diambil ke suatu larutan. Lihat apa yang terjadi..
“Waduuh,
Hb nya nggak cukup dheek.. Bentar, coba lagii..” Aku pun ikut-ikutan
melongok-longok apa yang terjadi di larutan biru itu.
GAGAL
MANING. Aku gagal. Aku gagaaaal hiks.
Tapi,
walaupun gagal, hadiah tetap di tangan *tercium niat busuk.
“Silakan
ambil souvenir di sebelah sana ya mbak.” Aku segera menuju ke arah yang
ditunjuk. Aku ambil souvenirnya. Aku kemudian melihat di dalam goody bag yang diberikan panitia ada
sebentuk kotak makanan. Haaah kecil bangeet. Tapi, tak apa-apalah, lumayan,
dapat souvenir gratis hahaha.
Sama banget ais, aku juga gagal mulu kalo mau donor hiks :"
BalasHapus