Minggu, 24 November 2013

Sehat, Sakit, atau Mati?

Bismillahirrahmanirrahim
“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya (di dunia) dan jika Allah menghendaki bagi hamba-Nya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya di hari kiamat.” (HR al-Tirmidzi dan al-Baihaqi)
Alhamdulillah masih bisa posting lagi, hehe. Setelah sekian lama tidak posting. Memohon maaf pada diri sendiri karena target postingan yang seharusnya seminggu sekali tidak tercapai. Ya, bismillah, postingan pertama setelah sekian lama hibernasi, insya Allah bermanfaat (pada diri sendiri dan juga) untuk orang lain.


Kali ini saya ingin memposting tentang suatu hal yang bergolak di hati saya *aseek. Ya, belakangan saya tengah diberikan petunjuk yang luar biasa berarti, menurut saya, dan Allah memberikan petunjuk ini di saat yang tepat. Hem, sebenarnya lebih tepatnya Allah sudah sekian lama memperingatkan saya, tapi bodohnya saya, saya nggak sadar akan hal itu. Mesti diperingatkan dengan hal yang berat dulu, baru saya sadar. Semoga teman-teman tidak ada yang seperti saya, aamiiin.


Sudah membaca penggalan hadits di atas kan? Hadits ini saya baca di mushaf saya, di bagian bawah, di sebelah terjemahan surat yang tengah saya baca. Saya merasa hadits ini perlu diabadikan di blog saya hehe, biar selalu ingat maksudnya. Sudah mengait-kaitkan hadits ini dengan apa yang dialami teman-teman selama ini? Ya, hal pertama yang saya lakukan setelah membaca hadits ini adalah langsung mengingat selama ini saya merasa tengah diuji. Lalu, saya kaitkan dengan hadits ini. Sudah tenangkah hati, teman-teman? Insya Allah hati kita masih belum bukan hati yang sekeras batu ya.


Berkaitan dengan hati, saya pernah mendengarkan kajian tentang klasifikasi hati. Ada 3, yakni qolbun salim, qolbun maridh, dan qolbun mayyit. 

Yang pertama qolbun salim, atau hati yang sehat, “dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (Sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan-nya” (Al-Mu’minun: 60). Kalau dari catatan saya sih, hati yang seperti ini senantiasa berdzikr kepada Allah, beristighfar, berdoa, bershalawat kepada Rasulullah, Qiyamul Lail (ibadah ini susahnya..), dan lain-lain. Saya sendiri merasa belum sepenuhnya seperti ini, astaghfirullah…


Yang kedua qolbun maridh atau hati yang sakit. Hati seorang mukmin yang seperti ini biasanya masih memegang prinsip Islam, kok. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam keadaan hati yang seperti ini, yaitu
  1. Berlebihan dalam berbicara, bercanda (yuk, istighfar lagi, aiiss. Astaghfirullahal’adzim.)
  2. Berlebihan dalam memandang sesuatu (istighfar..)
  3. Berlebihan dalam makan (ayooo semuaa istighfaar!)
  4. Berlebihan dalam bergaul (astaghfirullahal'adziim..)

Dan masih banyak lagi berlebihan-berlebihan lainnya. Iya sih, pada dasarnya hati yang sakit ini masih memegang prinsip Islam, tapi ya masak mau kayak gitu terus, nggak sehat-sehat dong, ais.


Yang ketiga qolbun mayyit atau hati yang mati. Nah, ini nih. Naudzubillahi min dzalik. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan manusia yang seperti ini. Salah satu cirinya adalah melakukan dosa berkali-kali, terus makin lama makin banyak, dan nggak tobat-tobat. Huhu, naudzubillah. 
“….Katakanlah (Muhammad),”Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar Ra’d: 27)
Tunggu, maksud dari ayat ini tidak sesempit itu. Maksud dari kalimat “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki..” itu tidak serta merta terjadi. Jika Allah sudah sampai menyesatkan orang tersebut, berarti memang sudah ada beberapa fase yang hamba ini lewati sebelum menjadi orang yang hatinya telah mati, dan pada akhirnya disesatkan olah Allah, ya contohnya, udah diingetin berkali-kali, teteeeeep ngga sadar, ujungnya disesatkan. Naudzubillah!
“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai. (An Nahl: 108)
Naudzubillah.. Jangan sampai hati kita ada di golongan hati yang mati ya, teman-teman.. Ada beberapa ciri dari orang yang hatinya sudah mati ini. Antara lain, kufur nikmat, kufur aqidah, dan kufur amal. Oya, ada satu ayat yang menarik menurut saya terkait dengan hal ini
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar dari padanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 74)
Dari tafsir yang saya cari di internet sih, tidak akan ada gunanya memiliki hati yang keras, dan bahkan lebih keras dari batu. Hati itu baru akan memiliki manfaat ketika ia diruntuhkan. Bahkan makna yang lebih dalam adalah, ketika suatu hati diberikan pengajaran yang lunak, tapi ia tak jua luluh, maka palu godam azablah yang akan meruntuhkannya. Hukuman itu pasti akan datang, entah di dunia atau di akhirat, seperti hadits yang sudah sampaikan di pembuka postingan ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

need your support :)