Selasa, 19 Februari 2013

Antara Lawak dan Ujian [1] part 2



Di ruang karantina, “Aduh deg-degan nih”. “Aduh, soalnya apa ya?”. “Aduh, aku lupa obat buat penyakit X nih, apa ya?” dan berjuta aduh-aduh lainnya. Tapi seenggaknya, kalo aduhnya masih diruang karantina sih, masih bisa dicari jawabannya. Lain kalo aduhnya udah di ruang presentasi.

“Satu, dua, tiga, empat, $%^$#^^%$#^%&^%#@, sepuluh, masuk ke ruang tunggu!” tunjuk salah satu petugas ujian. Hiks, dan akhirnya aku masuk di rombongan ini, Kayak mau manasik ya, rame-rame begitu.

“Eh, tadi obat buat panu apaan?” “Aduh, lupa…”

“Kriiiiiiinggggg!!” tanda waktu dimulainya mengerjakan soal, lari ke meja soal, kerjain sepenuh hati. Dari pas lihat soal sih, kayaknya kasusnya osteoporosis primer tipe 1 (keren ya ahai)

“Kriiiiiiiinggggg!!” tanda waktu masuknya mahasiswa ke ruang presentasi. Di sana sudah disediakan OHP dan seorang penguji. Dan jangan salah, jika Anda beruntung, Anda akan melihat salah seorang teman Anda tengah memasang muka miris, di ruangan itu, di depan penguji, karena belum selesai menjawab (biasanya lebih sering bengong karena ngga tahu mau jawab apa) tapi waktu yang disediakan sudah habis, dan tibalah waktu saya untuk masuk, dan memotong pembicaraan mereka berdua –penguji dan mahasiswa, yang tengah asyik ‘bercengkrama’.

Jadi memang sistemnya giliran, sepuluh orang pertama yang dipanggil, dia akan masuk ke ruang karantina yang kedua, sebelum masuk ke medan perang, sebelumnya di medan perang sudah ada yang berjuang terlebih dahulu, jadi giliran gituu.

Tiba waktu saya masuk ke ruang presentasi, sebelumnya saya melihat seorang teman saya yang keluar dari bilik yang akan saya masuki ini sudah tersenyum riang. Apa-apaan nih maksudnya? *sigh* Tapi, saya tetap bulatkan tekad. Saya putuskan untuk masuk *yaiyalah ngga masuk ngga dapet nilai kaliik :hammer: *. Begitu masuk, penguji saya adalaah parap papapa I’m lovin it #themesongmcd. Penguji saya ini terkenal banyak meluluskan mahasiswa, tapi ya nilainya ngga maksimal *katanya*.

Duuuh, padahal aku sama dokter ‘ini’ lhoo.. tapi masih ngga lulus jugaa huhu.” Ini komentar yang saya ingat  sering dilontarkan teman-teman tentang dosen yang satu ini. Kok beda ya sama pernyataan di atas? Tapi yasudah lah, yang penting saya percaya diri dengan apa yang saya ketahui puahahaha.

Lanjutkan. Pertanyaan pertama, sudah terjawab. Kedua sudah. Ketiga sudah. Keempat sudah. Kelima sudah. Keenam sudah. Bilang aja ya udah semua -__-. Tapi setelah itu, kami para mahasiswa punya pertanyaan wajib yang harus kami tanyakan sesudah menjawab soal. “Masih ada yang kurang, dok?” tanya saya dengan nafas megap2 karena kehabisan napas, setelah menjawab soal dengan bertubi-tubi. Tapi, mereka profesional sekali, bisa mengerti apa yang saya katakan meskipun bahasanya acak adul. Dan ada bermacam-macam jawaban biasanya.

#1 “Oke, coba nomer 1, 4, 5 dilengkapi.” Yang ini baik hati sekali ya :D

#2 “Hmmh.. *sigh* yang mana ya, kok kayaknya semuanya kurang ya dhek. Coba dilengkapi dari awal” waah, ini buaaaiiik banget, memberikan kesempatan kita punya nilai jauh lebih baik *tapi kadang jadi nangis darah*

#3 “Tadi kamu tuh ngomong apa sih dek? Saya nggak ngerti. Coba diulang dari awal. Yang runtut gitu lho *pasang muka sedih*.” Yang ini baik juga sih, mengingatkan kita, bahwa kita sedang gaje.

#4 “Menurut kamu ada yang kurang nggak?” yang ini nih, menjebak sooobb.. Kayak cowok lagi minta maaf sama pacarnya terus pacarnya bilang, “Menurut kamu, kamu salah apa hah?” kira-kira kayak gitu perasaannya.

#5 “……….” Biasanya kalo ada jawaban ini, mahasiswa cuma bisa bersuara memecah keheningan, “oh, emmh. Eerr… emmh……” akhirnya bunyi “Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingggg” lah yang memecahkan kesunyian antara dua sejoli ini.

#6 “Ya, udah cukup.” Jangan seneng dulu meeen. Banyak suara mengatakan, ujung-ujungnya, meskipun kalimat ini diucapkan dengan enteng, bisa jadi kita akan bertemu lagi dengan ujian ini, masih dengan blok yang sama *baca: remed.

Dan nggak jarang jawaban ini muncul, biasanya karena sang penguji sudah memahami, kalo otak kami sudah mampet, ngga bisa berpikir jernih lagi
#7 “Yaudah, dilengkapinya besok lagi aja ya dhek. Besok bisa aja kita ketemu lagi.” Yang ini, udah jelas, fix, paten. Dapet remidi soobb :’(

Kebetulan, kalo pas saya sih, enak-enak aja. pertanyaan pertama. Spesifik, jelas, dan tidak dibuat-buat #apasih ais ngga jelas lagi.

Kebetulan yang harus saya tambahkan itu adalah mengenai terapi nonmedikamentosa (terapi selain obat) untuk osteoporosis.

“Emh, iya dok, mungkin ibu harus makan-makanan yang tinggi akan kalsium. Kemudian tidak boleh melompat-lompat. Melakukan gerakan yang terlalu mendadak. Melakukan aktivitas secukupnya, terutama lebih sering di luar ruangan, agar mendapat sinar matahari. Jangan berjalan terlalu melenggak lenggok.: Tapi tahukah sodara-sodara? Apa yang saya lakukan pas kalimat itu terucap? Tiba-tiba pinggul saya berlenggak lenggok secara involunter!

“Eh, bentar dhek, oh gitu ya. Berarti penderita osteoporosis ngga boleh jadi model ya? Nggak boleh kemayu ya?” sambil terkikik pelan setelah melihat gerakan involunter saya. Terus jadi mikir, ngapain ibu-ibu osteoporosis jadi model?

“Eeh, ehm.. i.. iya dok.. ngga boleh terlalu berlebihan tetapi maksudnya, misalnya gini dok..>> dan ini saya praktekkan! Masya Allah..
Beliau terkikik lagi. Dan suasana mendadak sunyi kemudian, “Yasudah oke dhek. Sekarang ayo tambahin lagi yang lain. Ada yang belum lho..”

“Duh, apa ya dok? Ehmm.. err.. oh… eehmm..”

“Kriiinggggggg!!!!” "eh, iya makasih dok, maaf dok ngga selesai. Makasih dok, Mari.." *buru-buru ngibrit ke pintu keluar.* 7 menit yang horor itu sudah berlalu!

Beruntungnya saya kali ini adalah, ini adalah blok yang luar biasa padatnya. Dan, tentu saja ngga mau mengulang ujian lagi dong.. Semoga LULUS! Itu doa kami semua. Dan tibalah waktu pengumuman. Eh, jangan sedih, pengumuman lulus atau ngga lulus itu biasanya cuma beda beberapa jam saja dengan jam ujian remidinya. Misalkan ujian remidi hari jumat jam 8 pagi, maka pengumumannya akan dikeluarkan hari kamis, jam3 sore. Ngga tentu juga sih, tapi seringnya begitu! Hsshh..

Ya begitulah teman2 pengalaman saya dan mereka. Masih ada lagi kok, tenang aja. Tapi ini dulu deh yang dirilis yaak hahaha.

2 komentar:

need your support :)