Selasa, 19 Februari 2013

Antara Lawak dan Ujian [1] part 1


Bismillahirrahmanirrahim..

Setelah sekian lama hibernasi, akhirnya muncul lagi. Tenang, kali ini bukan mau bicara soal jodoh kok, belum ada minat lagi, tapi, ngga janji juga tema itu ngga bakal dibahas lagi keesokan bulannya hehe^^
Sekarang, mau bahas tentang ujian, bukan ujian hidup, tapi ujian beneran! *emangnya ujian idup bukan ujian beneran -_-

Hmm, jadi, perkenalkan, kami mahasiswa, pasti riweuh kalo yang namanya ketemu sama ujian. Apalagi, kami, saat saya menulis ini, sedang bertemu dengan blok yang luar biasa sibuknya, blok DMS *DermatoMusculoSceletal*

Bisa dibayangkan kah? *agak nggak kebayang* Yaudah, ngga usah dibayangin juga sih. Sekarang mau cerita soal ujiannya aja ya. Ada beberapa kekonyolan mahasiswa kedokteran waktu menjalankan pendidikan selama ini. Salah satunya kekonyolan waktu ujian, termasuk saya.

Oke, dijelaskan dulu ya, salah satu ujian yang paling bikin kita agak keringat dingin dan gemetaran sebelum masuk ruang ujian adalah ujian SOCA. Apalagi bagi yang belum pernah mengalami SOCA. Apa itu SOCA? SOCA adalah ujian yang bikin gemeteran dan keringet dingin sebelum kita masuk ruang ujian. Eh, udah dijelasin ya? Ya maap, selain itu ujian ini adalah ujian yang dianggap sebagai ujian IMAN kita sebelum masuk hari ujian. Apakah sholat kita rajin (bagi yang muslim) ataukah ibadah kita sehari-hari sudah dilakukan dengan baik (bagi yang selain muslim, ya, hehe). Kok bisa? Yah, entah, kadang meskipun udah belajar mati-matian dan yakin bakalan lulus, ternyata hasilnya…. Ya, ujian ini unpredictable sekali, TERKADANG. 

Kadang belajar cuma sedikit, tapi ternyata hasilnya, LULUS.. yah, kita pun berasumsi, teman kita yang beruntung itu, udah rajin banget berdoa, dan hasilnya, dimudahkan waktu ujiannya. Hmm, wallahu’alam.
Jadi, SOCA ini adalah ujian, di mana sistemnya adalah sistem presentasi, kepanjangannya Student Oral Case Assesment. Namanya aja udah ketebak ya, gimana ujiannya. Sistematikanya adalah 

Karantina, bersama teman-teman sejawat >> masuk ke ruang tunggu, tanda tangan, absen  >> lari ke meja soal >> kerjakan soal dengan menulis di transparansi (waktu 7 menit)>> lari ke ruang ujian >> presentasikan hasil jawaban kita (7 menit)

Gampang kan? Gampang sih, yang susah kadang soalnya (buat yang nggak belajar tentunya, tapi, lain lagi buat yang belajar, tapi ternyata soalnya yang keluar bukan yang dipelajarin -_-. Jadi, masalahnya bukan udah belajar atau belum, tapi udah berdoa dapet soal yang bisa dikerjain atau belum.
Lalu soalnya sebenarnya gimana sih? Soalnya itu dianggap seperti kita sedang dihadapkan dengan pasien. Jadi, kasusnya, contoh ya.. “Seorang pasien datang dengan keluhan bla-bla-bla, dst…. Biasanya pertanyaannya itu apakah diagnosis anda tentang penyakit tersebut, mekanisme terjadinya penyakit, satu lagi, apa obat atau terapi yang bisa diberikan. Nah, ujian di blok kemarin, saya menemukan suatu keganjalan, dengan jawaban saya waktu soal TERAPI ini. Cuplikannya seperti ini ....
[to be continued]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

need your support :)