Senin, 29 Juni 2015

Naik-Naik ke Puncaak (2)

Assalamu'alaikum!

Alhamdulillah sudah ramadhan lagi, tapi sayang, ramadhan kali ini (lagi-lagi) pupus sudah cita-cita saya untuk membuat satu tulisan sehari. Ini sudah hari ke 12 Ramadhan, dan belum satupun tulisan terposting. Ini bentuk kemalasan yang luar biasa, sudah masih hutang satu postingan bersambung, dan berpuluh-puluh draft nggak jadi diposting. Oya, sebenarnya ada beberapa alasan kenapa nggak saya posting, soalnya bahaya. Bisa dilihat di postingan ini kalau mau tahu alasannya.

Oke, kali ini saya lanjutkan perjalanan saya naik ke Puncak Sikunir, Dieng. Setelah bersusah payah mengumpulkan tenaga untuk naik, akhirnya sampai juga di tengah-tengah perjalanan. Nafas sudah terengah-engah, dan kami bertiga (saya, Nurul, Fathia) sudah terlalu sering berhenti, akhirnya kami putuskan untuk tidak menyerah. Ini memang bukit pertama saya melakukan pendakian. Capeknyoooo. Sampai di puncak, Previ, Mayubu, Agus dan yang lainnya sudah bersiap untuk berfoto. Saya? Saking terengah-engah dan sesak yang semakin dalam, akhirnya saya memutuskan untuk meminta oksigen punya Fathia. Alhamdulillah, sudah mendingan, Kalau Fathia sih, karena dia kelaparan, langsung beli popmie (waktu kami mendaki belum memasuki bulan Ramadhan)

Sayang sekali, saat sampai di sana, sunrise-nya tertutup awan mendung gitu, jadi nggak begitu terlihat golden sunrise-nya.

Tuh kan, nggak keliataaaan *cry*

Oleh karena tas saya dibawa oleh suporter, jadi saya nggak bisa mengambil hape saya yang segede talenan buat foto-foto. Jadi saya nggak punya dokumentasi cukup banyak dari sunrise Sikunir ini. Sisanya adalah foto-foto yang ada orangnyaaa hiks. Pas foto-foto kami dilihat-lihat lagi, pemandangannya cuma 20%, 80%-nya muka-muka orang alay narsis rebutan biar bisa nampang di foto. Oya sekilas info, Bukit Sikunir ini memiliki ketinggian 2.263 mdpl. Tinggi juga ya, tapi kok nggak capek-capek amat? Mungkin karena separuhnya sudah kita tempuh dengan kendaraan hahaha. Kalau mau lihat foto-foto yang lebih cakep, bisa diintip di sini.

Saatnya turuuun. Ya, track untuk naik bukit ini sebenarnya cukup enak kok, tapi ada beberapa yang mirip rawa-rawa gitu, jadi mbak-mbak yang ngaku sebagai Hayati dan pengen ke rawa-rawa, bisa ke sini ya, daripada galau mulu. Ohya, saat kami turun, kondisi langit sudah cukup cerah, jadi keliatan tuh, samping, depan, belakang, mukanya siapa. Saat itu, pas saya lagi susah payah mau turun karena jalannya terjal, ada bapak-bapak iseng tanya, "Mbak, itu nggak dicopot aja roknya, dalemnya ada celananya toh?" Jangan ngereeees, maksudnya bapak ini adalah celana panjang, alias celana training. Jadi waktu saya nyincing-nyincing (uopoo iki bahasa Indonesia ne, rek) rok, celana training saya yang balapan keliatan. Jadi bapaknya kasihan sama saya, gitu. Jangan ngeres sodara-sodara. "Hehe, iya pak, nggak papa, biar anget soalnya dingin, pak." Emang susah ndaki-ndaki gitu pakai rok, tapi, insya Allah nggak kapok kook haha.
Ini salah satu track yang masih nyaman *makasih fathia udah fotoin aku, btw ini beneran candid looh*

Hayoo siapa yang mau diajakin sama mbak Previ? Kalo nggak ada, sama aku ntar Prev :"
Setelah turun, ada wisata lain yang mengharuskan kami naik-naik ke puncak. Yaitu bukit ratapan angin. Mengapa ratapan angin? Soalnya kata bapak-bapak losmen nanti kita bakal meratap di sana :". Jalur pendakiannya ya mirip-mirip sama Sikunir, tapi ternyata tetap saja saya kelelahan. Di Bukit ini, kita bisa melihat telaga warna dari atas. 

Jjaaaaang. Inilah bukit ratapan angin. Taken by Reza

Inilah Telaga Warna

Sebenarnya masih ada trip lain yang menyenangkan setelah kami menyelesaikan pendakian di Bukit Sikunir dan Ratapan Angin ini, ada Candi Arjuna, terus ketemu Teletubbies, dan Kawah Sikidang. Nanti ya, lain kali. Kalau enggak, silakan yang belum ke sini bisa ke sini dan rasakan nikmat Allah yang tidak mungkin kalian dustakan :)

2 komentar:

need your support :)