Jumat, 05 April 2013

Malaikat Juga Tahu, Another Paradigm



Bismillahirrahmanirrahim..

Postingan ini kupersembahkan untuk seseorang yang kucintai. Dan beliau juga mencintaiku. Tapi, kadang, aku tak sadar kalau aku mencintainya, dan tak sadar juga kalau dia mencintaiku #paraah


Lelahmu...jadi lelahku jugaBahagiamu...bahagiaku pastiBerbagi takdir kita selaluKecuali tiap kau jatuh hati

Lihat liriknya, resapi artinya. Bisa menangkap apa artinya? Kalau kata teman sih, "Aku liat di video klip, itu tentang anak autis kan? Yaah, paling tentang gimana anak autis itu diberi kasih sayang, tapi dia nggak sadar."

Kataku juga begitu. Tapi, seseorang yang kucintai itu memaknainya sebagai kalimat yang berbeda. Apalagi pas jatuh di lirik "Kecuali tiap kau jatuh hati."

Orang yang kucintai itu bilang sama aku, "Kalau awalnya memang lelahmu, akan jadi lelahku juga. berbagi takdir pun juga. Tapi, saat kamu jatuh hati, semuanya jadi berubah."

Kali ini hampir habis dayakuMembuktikan padamu ada cinta yang nyataSetia hadir setiap hariTak tega biarkan kau sendiriMeski seringkali kau malah asyik sendiri

Lihat lagi liriknya. Dapat mengambil sisi yang berbeda? Orang yang kucintai itu, sekali lagi bilang. "Coba nyanyiin. Aku sudah mencintaimu, tapi kamu sadar nggak? Bahkan meninggalkanmu pun aku tak tega. Tapi, kamu justru pergi, saat kamu jatuh hati."

Karena kau tak lihatTerkadang malaikat tak bersayapTak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya

Lihat lagi liriknya. Perhatikan maknanya. Orang yang mencintaiku itu bilang kembali padaku, "Coba bandingkan, kasih sayang siapa yang lebih besar? Orang yang kamu jadikan sebagai pilihan hatimu, atau AKU?"

Hampamu tak kan hilang semalamOleh pacar impian, tetapi kesempatanUntukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Ku percaya diri, cintakulah yang sejati

Lihat lagi, sudah paham? Orang yang kucintai dan mencintaiku itu bilang, "Aku percaya, pasti cintaku lebih sejati padamu. Malaikat juga tahu, aku kan jadi juaranya." 

Teman-temanku, tahu nggak siapa yang bicara seperti itu padaku?
Dialah yang bersusah payah bertaruh nyawa, pada tanggal yang sama dengan hari ulang tahunku. Belasan tahun lalu.

Hmm, meski bilangnya waktu itu agak ngotot padaku, tapi semua yang ia bilang padaku sepenuhnya benar. Aku bahkan tak berani memotong, dan mengelak kebenaran itu. Ia mengajakku berpikir, sudahkah aku memberi balasan untuknya? Yang bahkan takkan pernah bisa dibalas olehku.

Bukan maksudnya untuk meminta balas budi padaku, tapi, hanya meminta cinta. Bukankah setiap orang tua punya harapan yang baik untuk setiap buah hatinya?

Beliau memang tidak sempurna. Terkadang menyebalkan, tapi begitu menyedihkan jika harus berpisah terlampau lama dengannya. 

Yuk teman-teman, kita masih normal kan? Kita bukanlah anak yang acuh kan? Tanpa bermaksud mengecilkan saudara-saudara kita yang mungkin tidak sempurna, hingga ia tak mampu menangkap kasih sayang orang di sekitarnya, seperti kata temanku di awal tadi, yuk kita buktikan cinta kita. 

Oh iya, sudah menangkap apa maksud kata-kata ibuku di awal kan? Siapa yang dijadikan bandingan kasih sayangnya? Sudahkah kita menempatkan siapa selayaknya yang lebih kita cintai? Tentu hierarki pertama tetaplah Allah dan Rasul-Nya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

need your support :)